'Bukan' Ada Apa Dengan Cinta

Penggalan cerita dan percakapan yang saya tulis ini bukanlah naskah sekuel AADC 2. Penggalan cerita dan percakapan di bawah ini terlahir karena saya terlalu mencintai sosok Rangga. Anggap saja cerita ini hanya sebuah upaya saya untuk memaafkan Rangga yang saya anggap telah mengecewakan saya di sekuelnya AADC.
-Saya- 

Dalam bayangan saya, Rangga setelah empat belas tahun adalah sosok pria yang hidup dengan menjadi kolumnis pada surat kabar-surat kabar Indonesia. Pandangannya dan tulisanya masih sangat kritis. Dia berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak pernah menetap di satu tempat dalam waktu yang lama. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke indonesia.


Pertemuan cinta dan Rangga diawali oleh rasa penasaran Cinta pada salah satu tulisan Rangga yang dimuat di media cetak. Lantas Cinta mencari tahu dan menyadari bahwa Rangga adalah penulisnya dan saat itu Rangga tengah berada di Indonesia. Cinta mencoba mengirim email dan memulai komunikasi, hal-hal sederhanya hanya tentang topic tulisan yang dibuat oleh Rangga.

Namun komunikasi diantara mereka membuat Rangga menyadari sesuatu dan mengirimkan satu buah email dengan hanya satu kata “Cinta?”

Cinta yang menerima email itu terkejut karena mengira bahwa Rangga sudah tahu siapa dirinya. Lantas Cinta membalas dengan email yang tidak kalah singkat “Siapa?”

Lalu Rangga kembali membalas “Cinta bisa berarti banyak hal, namun kamu mengerti bahwa saya mengacu pada seseorang. Kamu tahu, memang Cinta. Seseorang yang saya kenal.”

Tidak ada jawaban. Komunikasi terputus.

Pada sebuah pertemuan lain *yang anggap saja Rangga yang berupaya untuk mencari tahu keberadaan Cinta*, Rangga benar-benar berjumpa dengan cinta. Pada saat itu Rangga sudah tahu bahwa cinta sudah bertunangan.  

Setelah terlibat dalam obrolan tentang masa lalu yang tidak bisa dibilang menyenangkan, Rangga lantas bertanya dengan ekspresi datar,

R: Kamu bertunangan?

C: Hanya karena kamu meminta saya untuk menunggu, Lantas saya harus menunggu?
Rangga diam sesaat lalu memandang mata cinta, 

R: Tidak. 
Lalu jeda sebelum Rangga melanjutkan, 
R: Kamu benar. Yang kamu lakukan sudah benar.

Lalu keduanya berpisah, memilih jalan yang berbeda. Namun setelahnya, Cinta menyadari satu hal, Rangga tengah diadapkan pada satu buah masalah dikarenakan tulisannya yang kritis *anggap saja tulisan itu tentang orang-orang yang dianggap komunis, kan ayahnya rangga dianggap komunis di AADC 1*. Cinta ingin tidak peduli, namun akhirnya dia membantu dengan mengumpulkan banyak artikel terkait yang dibutuhkan. Dan Rangga pada akhirnya menyadari hal itu.

Pada proses penyelesaian masalah itu, Rangga dan Cinta cukup sering bertemu. Pada satu buah kesempatan, Cinta bertanya dengan ekspresi seolah acuh,

C: Kenapa kamu tiba-tiba menghilang dari hidup saya?

Rangga diam, cukup lama berfikir sebelum menjawab,
R: Saat ayah saya meninggal, saya tidak lagi berfikir bahwa saya masih bisa mencintai. Saya yakin saya sudah selesai dengan segala omong kosong tentang cinta.

C: Kenapa tidak kamu katakana alasan itu pada saya? Kamu pengecut, Rangga.

R: Kamu tidak akan menunggu. Tidak ada cinta yang seperti itu. Dan saya benar kan?
C: Wah.. Kamu benar-benar tidak berubah. Kamu bahkan lebih menyebalkan dari yang pernah saya ingat. Kamu bahkan tidak merasa perlu untuk meminta Maaf.
Cinta mengungkapkan kata-kata itu dengan rasa getir namun tersenyum. Karna dia sadar bahwa dia tidak perlu marah untuk sebuah masa lalu yang usang. 

Upaya Rangga dan Cinta untuk mengungkap bahwa tulisan Rangga bukanlah opini propaganda tidak membawa hasil yang memuaskan. Namun Cinta punya koneksi dengan banyak seniman, lantas Cinta mengusulkan untuk membuat sebuah pementasan yang didalamnya ada monolog, narasi, puisi dan musikalisasi yang menyuarakan tulisan-tulisan Rangga. Setidaknya dengan pementasan itu, banyak pihak yang akan mengapresiasi dan mengambil kesimpulan atas tulisan Rangga dengan pandangan yang lebih objektif.

Pementasan berakhir. Semua kembali pada rutinitas masing-masing. Dan Rangga memutuskan untuk kembali pada hidupnya yang lama ‘penikmat perjalanan’. Namun sebelum pergi, Rangga memutuskan untuk menemui Cinta di kantornya.

R: Kamu tahu,cinta akan membuat saya rela meninggalkan segalanya agar bisa hidup bersama seseorang yang menginginkan saya. Apakah menurut kamu, saya benar?

C: Tidak ada alasan untuk tidak setuju

R: Dan seandainya dua belas tahun yang lalu, saya meminta kamu untuk ada di sisi saya. Apa kamu yakin kamu akan bahagia?

C: Kamu gila, tidak ada gunanya menjawabnya sekarang.

R: Jawab saja.

C: Ya, saya akan bahagia (cinta menjawab dengan intonasi menantang)

R: Bahkan jika kamu harus hidup terpisah dari keluarga dan teman-teman kamu?

C: Ya. (Cinta menggantung ucapannya, Lalu denganekspresi datar dia melanjutkan), Tapi saya tidak akan memilihnya. Keluarga dan sahabat punya posisi yang sangat penting dalam hidup saya.

R: Saya tahu. Saya minta maaf, saya ingin kamu tahu alasan saya yang sebenarnya.

Rangga berlalu, pergi. Cinta terpaku ditempatnya.

#Saya punya dua versi untuk ending cerita ini. Versi realistis dan Idealis.
 
#Versi I : Realistis
Dalam sebuah narasi/puisi yang dituturkan oleh Rangga, cuplikan cerita memperlihatkan keadaan yang kembali pada kondisi awal. Cinta bersama keluarga dan teman-temannya berkumpul merayakan pesta pernikahannya. Sedangkan Rangga kembali terlihat berada di tempat asing, menyusuri jalan-jalan membidikkan kamera dan sesekali menulis di buku catatannya.

#Versi II : Idealis
Sebelum Rangga pergi menuju bandara, dia mendatangi pasar buku tempat dulu dia pernah mengajak cinta. Tempat itu sudah sangat berubah. 

Ternyata, setelah Rangga pergi meninggalkan Cinta. Cinta juga memutuskan pergi ke pasar buku yang sama. Mereka bertemu. 
C: Apa yang kamu lakukan di sini?
R: Saya berharap dapat bertemu seseorang.
Cinta tersenyum, Rangga juga.

Comments

Popular posts from this blog

LEWAT TENGAH MALAM

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu

Rumah Kenangan