Kendalikan Luapan Banjir dengan Sumur Resapan

Belakangan ini saya memang lagi seneng-senengnya blog walking ke berbagai blog tetangga. Saya itu mulai suka belajar menulis dari blogger-blogger yang udah lebih lama aral melintang di dunia perbloggan (heleh bahasanya…) Nah, berawal dari blog walking, saya biasanya menemukan ide-ide baru dan terkadang juga jadi dapat informasi lomba yang memang diperuntukkan bagi penulis blog. Salah satunya yang diadakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Ini ilustrasi dari ilmuternak.weebly.com (saya paling nggak bisa menggambar)
Saat membaca dan mencoba memahami lomba yang berkaitan dengan pengembangan infrastruktur daerah ini, saya sontak langsung bersorak-sorai (tapi dalam hati aja, nggak mungkin juga tereak-tereak tiba-tiba, bisa dianggap gila sama seisi rumah). Saya girang bukan tanpa alasan, saya girang karena merasa bahwa saya akhirnya memiliki wadah untuk curhat dan membagi keresahan terkait daerah tempat saya bermukim saat ini.

Saat ini saya bermukin di belawan, masih merupakan bagian dari kota Medan tapi letaknya paling ujung dan berdekatan dengan pelabuhan Belawan. Belawan ini sejak dulu sampai sekarang sangat rentan dengan yang namanya banjir rob. Nah, buat yang belum familiar dengan istilah ini, banjir rob itu banjir yang disebabkan oleh pasang laut. 
Ini juga ilustrasinya ngambil dari blog tetangga bebasbanjir2025.wordpress.com
Belawan memang sangat dekat dengan laut, namun letaknya tidak sampai berdampingan. Pasang laut yang saya maksud, bukan berarti air pasang meluap seketika dan menerjang rumah-rumah, bukan seperti itu. Lebih tepatnya, dua kali sebulan belawan akan mengalami banjir (pasang). Air biasanya akan meluap melalu parit-parit di sisi jalan, yang tujuan awalnya dibuat untuk saluran pembuangan air (drainase). Namun pada kenyataannya, parit-parit inilah yang menjadi media meluapnya air.

Di belawan, banjir/pasang bukanlah pemandangan yang janggal. Air biasanya menggenangi jalanan setinggi mata kaki hingga betis. Namun belakangan ini, banjir semakin menjadi-jadi bahkan hingga sepaha orang dewasa. Sudah dapat dibayangkan lah ya, berapa banyak rumah warga yang terendam. Meski begitu, hal ini tidak terblow up di media massa karena banjir/pasang tidak menggenang dalam waktu lama. Biasanya air akan meluap mulai pukul 2 siang hingga mencapai ketinggian tertentu dan surut dengan sendirinya pada pukul 4 atau 5 sore pada hari yang sama dan akan berulang selama 4-7 hari berturut-turut.

Bisa dibayangkan betapa stressnya masyarakat yang tinggal di daerah setempat (termasuk saya). Beberapa cara penanggulangan yang sudah pernah dilakukan warga secara mandiri adalah menimbun rumah dan membentengi halaman rumah dengan pagar batu agar air pasang tidak memasuki rumah. Namun hal tersebut juga tidak berdampak signifikan karena timbunan rumah hanya akan bertahan beberapa bulan hingga akhirnya air akan kembali masuk, baik dari secara langsung maupun merembes dari celah-celah retakan lantai dan dinding.
Alternatif yang oke dari 19design.files.wordpress.com
Pemda setempat juga sempat mengambil inisiatif untuk menimbun jalan, namun dampaknya malah lebih buruk. Karena jalan raya lebih tinggi dari pemukiman warga, maka pasang dengan santai dan lebih leluasa membanjiri dan menggenangi rumah-rumah. 

Lalu kesempatan berbagi informasi tentang pengembangan infrastruktur ini mengingatkan saya mengenai pembuatan sumur resapan di daerah karo yang pernah saya lihat dan dokumentasikan proses pembuatannya. Saya rasa metode seperti itu bisa jadi alternative yang baik. 

Jadi kan ya, dapat dibuat sumur resapan seluas 3x3 meter dengan kedalaman 7-10 meter. Pada bagian bibir sumur hendaknya disemen setinggi 1 meter agar bibir sumur lebih kokoh dan tanah tidak lungsur. Lalu bagian atas ditutup dengan penampang berjaring, lalu ditutup kembali dengan tripleks tebal untuk mencegah warga terperosok. 

Selain sumur resapan,daerah Belawan, bisa juga dibuat kolam resapan agar daya tampung air banyak. Karna di Belawan yang harus diatasi adalah banjir rob, maka air yang harus dikandalikan memang lebih banyak dan debitnya airnya datang dengan cukup cepat, maka penampang air untuk menampungnya memang harus lebih besar.

Sumur resapan ataupun kolam resapan, semoga bisa menjadi alternative paling sederhana untuk membantu tanah meresap air lebih cepat. Karena pada kenyataannya, tingginya pengembangan industri dan properti sangat mempengaruhi menyempitnya lahan resapan air di Belawan. Oleh sebab itu, jika luas penampangnya sudah mulai menipis, ada baiknya kita membuat solusi dengan membantu tanah melakukan tugasnya meresap air dengan cara menambah penampang resapan di sekeliling sumur. Semoga hal ini dapat terwujud dan banjir serta pasang di berbagai tempat di negeri ini (termasuk Belawan ya…) dapat diatasi dengan cara yang baik dan cerdas.

Comments

Popular posts from this blog

LEWAT TENGAH MALAM

Tak Mampu Berpaling dari Makanan Enak dan Segala yang Lucu

Rumah Kenangan